Wednesday, October 26, 2011

Wisata bisa Menyelamatkan Kultur Desa

masih kita mau percayakan penyelamatan budaya ke pemerintah?

Kenapa kamu gak buat villa saja?
Itu pertanyaanku ke serorang teman, yang akhirnya pilih pulang ke kampungnya di pelosok setelah sekian lama bertahan di Jogja.
Villa, mungkin bayangan temen saya adalah bangunan mewah di lereng bukit daerah pegunungan yang sejuk, dengan kolam renang, jacuzzi dengan air hangat, bangunan rumah peristirahatan yang mewah dan mahal.

desa

Kuperjelas pertanyaanku,
apa di kampungmu budaya masih terjaga dengan baik?
orang kampungmu masih memakai kain adat?
orang kampungmu masih menenun kain adat?
adat istiadat upacara/acara peringatan adat masih ada?
kegiatan tradisional masih ada?
kampungmu sudah ada pencemaran belm?
masih ada makanan tradisional tidak?
orang kampungmu masih bertani/berkebun/bercocok tanam?
masihkah kampungmu berbeda dengan kampung tempat lain, yang kamu selalu rindukan karena ada sesuatu yang tidak ada di tempat lain?

Kalau kamu inget kampung2 di pinggiran Jakarta, di pinggiran Surabaya yang penuh polusi, bau gak sedap, kamu pasti sadar banyak orang yang sangat senang main ke kampungmu. Kamu akan sangat yakin untuk tidak mau kampungmu berubah!
Hanya wisata yang mungkin bisa menyelamatkannya!

Idenya adalah sebuah kampung Indonesia, ini mungkin didukung dengan alam yang masih indah dan asri. Menawarkan sebuah kegiatan wisata kepada orang asing, pondok untuk menginap(bagus kaau rumah adat), menyediakan layanan melihat apa saja yang menarik di kampung khas Indonesia.
Indonesia tidak akan habis digali soal kayanya budaya suku bangsanya, Indonesia sekaya-kayanya Budaya. Kampung Indonesia sangat layak dikunjungi, semakin ke pelosok semakin menarik.
Apalagi didukung alam yang kaya full, gunung, goa, sawah, pantai, bawah laut.. semua ada, semua indah. Dosa kita kalau tidak bisa mensyukurinya!
Dengan menjual layanan seperti ini, satu demi satu warga kampung akan berdaya secara ekonomi, makin banyak orang kampung sadar (atau tepatnya kembali sadar) untuk menjaga apa yang kampung kita miliki yang sudah diwasiatkan nenek moyangnya.

Dan dengan itu apa yang kita punya, alam dan budaya akan selamat. Memang tidak semudah berkata-kata, tapi harus dimulai. Satu orang warga kampung memulai, dan jika ini sedikit banyak dirasa menguntungkan, warga yang lain juga akan ikut.
Jadi mari kawan, saudaraku.. semagat Indonesia!! :D

Alasan yang sering muncul
Permerintah tidak begitu perduli dengan wisata di sini.
Fasilitas di sini, jalan, bandara, tidak pernah dibenahi.
Bupatinya kebanyakan korupsi, mana pernah mereka perduli soal peningkatan pariwisata?
Hutan saja di sini sudah mulai banyak yang rusak.
Orang kampung sudah pada pergi ke kota.
Transportasi susah di sini.
Aku cuman punya rumah kayu/gedeg/kuno, memang layak buat menginap tamu?
Apa yang menarik di kampung yang semua serba tradisional, gak ada listrik pula.
Di sini mandi harus ke sungai.

Nah, justru itu semua alasan ide ini bisa jalan..! jangan lagi berharap sama pemerintah, mereka mau kerja ya syukur... ;)

Siapkan tempat menginap, meski hanya satu kamar bagian dari rumah kayumu..
Foto-foto semua kegiatan kampung, bertani, berkebun, menenun, upacara adat, alam, sungai, gunung, hutan, sawah, goa, bangunan tradisional, kuburan batu, makanan tradisional, dll.
Tulis sesuatu, ceritakan tentang kampungmu. Jelaskan kira2 kalau wisata ke kampungmu, bisa main ke mana saja, kegiatan apa saja. Jelaskan bagaimana cara menuju kampungmu, apakah kamu bisa menjemput ke bandara/kerjasama dengan rental mobil.
Buat blog yang gratis saja cukup! sebar ke social media FB, twitter. Kalau perlu pelajari Otimasi Search Engine, atau hubungi biro wisata, kerjasama dengan mereka.
Atau kerjasama dengan pemilik web wisata yang menjual Villa, email mereka, mereka pasti mau mempromokan Villa dengan paket wisata semenarik itu.

Desa Wisata
Kosep ini sudah banyak mulai dijalankan di DIY, banyak desa wisata di daerah Sleman, Bantul, Kulonprogo, dll.
Sebut saja salah satu, Desa Wisata Pentingsari. Desa Pentingsari berada d lereng gunung Merapi, memiliki beberapa guess house untuk wisatawan yang mau menginap, di desa ini banyak kegiatan seni budaya.
Tamu bisa belajar bercocok tanam, mengenal bermacam tanaman umbi2an khas Indonesia. Desa ini bisa menampung sekitar 500an orang wisatawan yang menginap, cocok buat acara outbound perusahan, karena bahkan orang Indonesia sendiri sangat asing dengan budaya di kampung Indonesia di pulau Jawa, bayangkan yang di luar Jawa bagai orang Bumi yang tidak tahu budaya di Mars.. ;)
Desa-desa wisata lain menawarkan pengetahuan seperti kerajinan batik, kerajinan perak, wayang kulit, pertunjukan kesenian.. dan banyak yang lain.

Jangan Terlalu Berharap dari Jakarta
Waktu tulisan ini saya buat, Kraton Ngayogyakarta lagi melaksanakan hajat besar, Sultan Hamengkubowono X mantu putri bungsunya. Warga Jogja seperti biasa sangat antusias dengan event budaya seperti ini, Malioboro penuh sesak.
Dan tidak ada TV Nasional yang menyiarkan langsung! Mereka memang lebih tertarik kalau Ratu Inggris yang mantu... dan tanpa merasa malu!
Jakarta itu hanya tempat mengalirnya dana dari tambang-tambang di daerah, BUMN besar, dan daerah semakin kerontang.
Dan kamu pikir berapa omset setiap BUMN itu? hitung sendiri.. :) dan seberapa besarnya pun pendapatan Negara, kesejahteraan rakyat tidak terjamin Jendral!

Setiap daerah harus bercermin dari Papua, apa yang mereka punya? apa yang mereka dapat? dengan tambang emas/tembaga/nikel sekaya itu!

Setiap daerah harus belajar dari Wakatobi.

Setiap daerah harus berdaya, setiap masyarakat daerah harus berdaya mengolah alamnya, menyelamatkan alamnya, menjaga budayanya.

Apa yang diharapkan dari Pemerintah?
Saya hanya merasa, kalau masih mau menyebut ini sebuah Negara dengan "Bangsa",
hanya dengan memperdayakan element dasar (masyarakat bawah), Bangsa ini bisa selamat..
Kita harus bergerak sendiri, dari bawah! apa lagi yang ditunggu? Pemerintah???!

seperti kata si kelinci...

"Now, don't go searching for your dreams in the sky! they may be growing here on the ground" ~ Rabbit

1 comment: